MAJALAHTRASS.COM, JAKARTA, ~ Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, menegaskan siap memfasilitasi kebutuhan petani, mulai dari bibit, lahan, hingga riset untuk mengembangkan potensi KT di desa-desa.
Penegasan itu disampaikan Ganjar saat menemui Kelompok Tani (KT) Bangkit Merbabu di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jateng.
Ganjar mengatakan, KT Bangkit Merbabu sudah memiliki hasil pertanian yang cukup baik, hal ini dibuktikan dengan pemasukan minimal Rp. 3 juta/bulan. Sebagaimana dalam keterangan resmi yang diterima Majalahtrass.com, Jakarta, Senin (16/5/2022).
Ganjar juga mendorong, Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jateng untuk berkoordinasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan kampus-kampus untuk memberi pendampingan kepada para petani.
Pasalnya, menurut Ganjar , petaninya jangan hanya dituntut untuk menanam, tapi keterlibatan banyak pihak juga dibutuhkan untuk ikut memajukan kesejahteraan para petani. Sehingga perekonomian daerah meningkat dan kemiskinan bisa berkurang.
“Rantai produksi dari hulu sampai hilir. Ada manajemen, pengelolaan dan marketingnya dibentuk divisi-divisi. Kalau sudah bagus, jadikan model untuk ditiru dalam mengembangkan kapasitas yang lain. Sehingga pendapatan desa naik, produknya unggul, masyarakat menikmati sayur kualitas tinggi,” ujarnya.
Lebih lanjut, dalam rangka terciptanya komunikasi dan tukar informasi, Ganjar juga mendorong KT di daerah lain untuk saling berembug untuk bertukar pengalaman, dari mulai bibit hingga hasil tani di masing-masing daerah.
Ketua KT Bangkit Merbabu, Rebo Wahono mengatakan, ada 111 komoditas yang dihasilkan di daerahnya, antara lain sawi, pagoda, buncis, kacang panjang dan kol. Beberapa diantaranya bahkan sudah diekspor hingga ke Singapura. Kelompok tani yang berdiri sejak 2008 itu juga sudah memiliki 4 kelompok binaan.
Lebih luas, Rebo menyebut, hasil dari tanaman organik, jauh lebih menjanjikan daripada tanaman pupuk. Rebo bilang, perbandingan pemasukannya sekitar 60 persen.
“Organik sangat menjanjikan. Pertama kita tidak perlu beli pupuk, pestisida dan semuanya bikin sendiri. Peningkatan dari pupuk ke organik pun lebih dari 60 persen,” ungkapnya. **MDT